Jumat, 12 Juli 2013

KONSPIRASI MENGHANCURKAN NEGARA ISLAM

Senjata Pembunuh Umat

Tanggal 1 Maret 2005 kemarin, pemerintah Indonesia menaikkan lagi harga Bahan Bakar Minyak. Yang padahal dengan harga lama saja mayoritas rakyat sudah hidup tercekik. Berbagai komponen masyarakatpun semakin banyak yang turun ke jalan melakukan aksi menolak harga BBM yang baru ini.
Di tengah hingar bingar penolakan kebijakan pemerintah yang tidak populis ini, pemerintah mencoba memalingkan kepala dan mata rakyatnya menghadap Ambalat, membelokkan amarah rakyat agar tertumpah kepada Malaysia, menumbuhkan emosi nasionalisme dan patriotisme mereka, dengan harapan dapat mereda ketidakpuasan mereka atas kenaikan harga BBM. Trik kuno.
Ya, trik untuk memalingkan perhatian seseorang dari satu hal ke hal lainnya memang trik kuno. Dan bagi sang korban yang tidak memakai otak dan akalnya, hal ini amatlah tidak terasa. Mereka tidak akan merasa bahwa fokus perhatian mereka sedang dialihkan. Trik ini biasa digunakan oleh orang tua kepada balitanya. Jika sang anak terlihat sedang asyik memainkan kelaminnya, maka orang tua harus segera mengalihkan tangan sang anak dengan memberikan mainan lain. Atau jika sang anak menangis keras karena minta sesuatu, maka orang tua akan berusaha menyuguhkan hal lain demi mengalihkan perhatiannya.
Pada banyak kasus, trik ini manjur sekali, apalagi jika sang pengalih perhatian memang pandai dalam memainkan. Sebab obyek penderitanya adalah balita, yang semua orang tahu kalo mereka belumlah sempurna akalnya. Sedangkan jika obyek penderitanya adalah orang dewasa, yang semua orang tahu bahwa mereka sudah sempurna akalnya, maka tentunya orang2 itu adalah orang2 bodoh! Atau mungkin, mikirnya ga pake otak.
Sedangkan jika kita tinjau lebih jauh lagi, permainan pengalihan perhatian tidak hanya sedang dimainkan atas 240.000.000 rakyat negeri ini, akan tetapi sedang terus dimainkan atas lebih dari 1.000.000.000 umat Islam penghuni planet bumi saat ini. Kejahatan dan kebiadaban negara2 Barat yang menyerang negeri2 Islam, menjarah kekayaan alamnya, membunuhi jutaan penduduknya, memperkosa para wanitanya, menempatkan boneka2nya sebagai pemimpin, mengadu domba antar warganya, hingga mayoritas umat ini seperti kerbau yang dicucuk hidungnya dan dikendalikan ke sana kian kemari; semua itu bisa tidak terasa sebagai sebuah musibah besar.
Dengan mengirim secuil bantuan untuk korban tsunami saja, mayoritas umat ini sudah menobatkan negara2 Barat itu sebagai sosok dewa penolong yang ikhlas dan baik hati. Para pemimpin negara2 Barat itu yang amat begitu lihainya dalam mengalihkan perhatian umat ini, ataukah mayoritas umat ini yang amat begitu bodohnya?!

Menengok Sejarah
Umat Islam sebenarnya adalah umat yang besar dan mulia. Dalam surat Ali ‘Imran ayat 110, Allah memberi label kepada umat ini sebagai umat terbaik. Superlative, tidak ada yang lebih baik dari umat Islam. Dan label yang disematkan Allah SWT ini bukanlah penghargaan kosong tanpa isi seperti halnya penghargaan Nobel Perdamaian, tapi memang benar2 padat berisi dan terbukti hingga 1300 tahun lamanya.
Selama belasan ribu tahun Islam benar2 terterapkan seutuhnya. Tidak dalam bentuk upacara keagamaan dan ritus2 spiritual belaka seperti zaman sekarang ini, akan tetapi utuh mewujud dalam bentuknya yang sempurna. Sekalipun tidak bisa dinafikan adanya person2 penguasa yang lalim juga kelompok2 yang menyimpangkan ajaran Islam, tapi secara bangunannya, ia adalah bangunan Islam, lengkap dengan semua sistem dan infrastruktur.
Hancurnya bangunan Negara Islam tidak lain karena konspirasi negara2 Barat yang memang benci dengan ajaran Islam dan dengki terhadap peradabannya yang gemilang.
Semua bermula pada rentang abad ke-11 hingga ke-12 Masehi. Negara Khilafah Islam yang didirikan Muhammad Rasulullah saw pada tahun 622 M, dan sedang menikmati wilayah kekuasaan yang amat luas, mulai menunjukkan benih2 perpecahan dalam tubuhnya. Beberapa wilayah ada yang memisahkan diri, ataupun melakukan otonomi luas seperti layaknya negara federasi. Perkembangan ini selalu dipantau oleh negara2 Eropa yang memang mengintai laksana srigala yang menunggu kelengahan mangsanya.
Ketika melihat waktunya tepat, mereka pun mengirim pasukan salib untuk menyerang kaum muslimin. Kaum kafir ini berhasil menguasai wilayah Palestina, Libanon dan Suriah. Perang ini berlangsung ratusan tahun. Sekalipun akhirnya kaum muslimin berhasil merebut kembali wilayah2 yang dikuasai pasukan salib dan mengusir mereka, akan tetapi harga diri mereka sebagai negara superpower sudah tercoreng, jiwa mereka tergoncang.
Tak lama setelah perang salib berakhir, datang pasukan Mongol menyerang kaum muslimin hingga terjadi pembantaian Baghdad yang memilukan. Wilayah Damaskus pun jatuh ke tangan bangsa Mongol. Namun Allah masih berkenan menolong umat Islam saat itu. Tentara Mongol banyak masuk Islam, sisanya diusir dari wilayah kekuasaaan Islam.
Negara Islam sejauh ini masih bisa mempertahankan statusnya sebagai negara superpower. Para srigala pengintai kembali memantau dari kejauhan, memutar otak, dan berdiskusi bersama bagaimana caranya menghancurkan Negara Islam.
Akhirnya mereka menemukan ide. Disraeli, Perdana Menteri Inggris keturunan Yahudi, suatu saat membawa sebuah al-Quran ke Gedung Parlemen dan berkata bahwa “kaum muslimin tidak akan dapat dikalahkan sampai ini, al-Quran, dijauhkan dari mereka.” Artinya, pemahaman Islam harus dicabut dari benak kaum muslimin agar mudah mengalahkannya. Dan inilah yang kemudian mereka lakukan. Mereka memulai langkahnya dengan menebar benih2 beracun nasionalisme untuk membuat kegoncangan besar2an dalam tubuh Negara Khilafah Islam.
Mereka juga belajar dari kenyataan, bahwa upaya mereka selama ini melalui berbagai perang, selalu mengalami kegagalan. Sementara upaya yang mereka lakukan di sejumlah wilayah Eropa seperti Serbia, Hongaria Bulgaria, Yunani dan sebagainya, mengalami keberhasilan. Karena upaya di negeri2 tersebut dimulai dengan membangkitkan semangat nasionalisme dan kecenderungan memisahkan diri yang disebut dengan “kemerdekaan”.
Eropa berusaha mewujudkan harapannya untuk menghancurkan Negara Islam dengan mengirim agen2nnya dengan menyamar sebagai misionaris yang dengan terbuka bergabung dalam berbagai bentuk bantuan pengetahuan dan kemanusiaan. Tidak bisa ditolak, kesalahan Khilafah Islam pada saat itu adalah mengijinkan kaum misionaris tersebut bergerak bebas, tanpa menyadari akibat yang akan menimpa.
Tujuan para misionaris Inggris, Perancis dan Amerika ini adalah untuk menanamkan keragu2an pada aqidah Islam, menjauhkan kaum muslimin dari pemahaman yang benar tentang Islam, dan menciptakan perpecahan antara kaum muslimin Turki, Persia dan Arab.
Selain melalui jalan misionaris, mereka juga berupaya menanamkan jiwa nasionalisme dengan langsung mendirikan organisasi2 yang berbasis etnik. Kegiatan mereka secara khusus dilakukan di Baghdad, Damaskus, Beirut, Kairo, dan Jeddah. Dua markas didirikan, yaitu di Istanbul Turki untuk menyerang Negara Islam Utsmaniyyah langsung di ibukotanya, dan di Beirut Libanon untuk menyerang Negara Islam melalui provinsi2nya, khususnya negeri2 yang menggunakan bahasa Arab.
Di Beirut, tahun 1847 didirikan suatu asosiasi yang dikenal  sebagai The Science and Arts Association yang dipimpin oleh dua orang Nasrani yang dikenal sebagai kaki tangan Inggris yang paling berbahaya yakni Butrus al-Bustani dan Nasif al-Yaziji, didukung oleh Kolonel Churchill dari Inggris, dan Eli Smith serta Cornilos van Dick dari Amerika.
Asosiasi lain didirikan pada tahun 1850 dengan nama Eastern Association oleh Gerakan Jesuit di bawah pengawasan Pendeta Jesuit Henri Debrenier dari Perancis. Lalu pada tahun 1857 sebuah asosiasi lain didirikan dengan membatasi anggotanya hanya dari bangsa Arab saja. Orang selain Arab tidak diperkenakan menjadi anggota asosiasi ini.
Pada tahun 1875 didirikan organisasi The Secret Association oleh lima pemuda Nasrani lulusan Universitas Protestan Beirut. Kelompok ini memusatkan kegiatannya atas dasar suatu ide politik, dan jadilah ia sebagai partai politik. Partai politik ini menyeru kepada Arab, Arabisme dan nasionalisme. Partai ini membangkitkan permusuhan kepada Daulah Utsmaniyah serta menyebutnya sebagai “Negara Turki”.
Sedangkan markas di Istanbul dimanfaatkan untuk menyerang negara Islam di pusat pemerintahan dengan menyerang pejabat2nya. Aksi negara2 Barat yang paling penting dan memberikan hasil paling hebat adalah pendirian organisasi Turki Muda yang beraktifitas di bawah bendera Komite Persatuan dan Kemajuan. Komite ini didirikan di Paris oleh pemuda2 Turki yang benaknya telah dipenuhi dengan pemikiran Perancis dan dididik kuat dengan konsep Revolusi Perancis.
Ketika mereka menyadari bahwa mengendalikan angkatan bersenjata merupakan jalan untuk mengendalikan seluruh kekuasaan, maka mereka berupaya melakukan pengangkatan pimpinan angkatan bersenjata berdasarkan kebijakan partai. Akibatnya, seluruh anggota tentara memilih masuk partai daripada berkarir di militer.
Paham nasionalisme yang mereka anut ini membangkitkan gagasan nasionalisme di kalangan masyarakat negara Islam. Akibatnya, bangsa Albania di Astana mendirikan komite mereka sendiri, diikuti oleh bangsa Sirkasia dan Kurdi. Begitu juga bangsa Romawi dan Armenia mendirikan organisasi rahasia mereka sendiri. Bangsa Arab juga mendirikan organisasi Persaudaraan Arab-Utsmaniyyah di Astana.
Tapi Komite Persatuan dan Kemajuan bersifat chauvinistik, khususnya terhdap bangsa Arab. Mereka membiarkan setiap kaum mendirikan organisasi etnik sendiri, namun mereka mulai menentang pendirian organisasi2 Arab. Mereka membubarkan Komite Arab dan menutup perkumpulan organisasi tersebut dengan keputusan pemerintah.
Mereka juga melakukan praktik diskriminasi etnik dalam tubuh angkatan bersenjata. Mereka menarik perwira2 Arab dari wilayah mereka masing2 ke Istanbul dan menghalangi mereka mengikuti pendidikan kemiliteran di Jerman. Rasisme antara bangsa Turki dan Arab di kalangan militer pun semakin menyolok dan menjadi2. Perwira2 berkebangsaan Turki memperlihatkan sikap rasisme dalam melaksanakan promosi dan penempatan posisi2 penting dalam angkatan bersenjata.
Hal ini diikuti dengan langkah2 yang diterapkan pada sejumlah badan pemerintahan, semisal melepaskan Kementrian Waqaf dari tangan seorang Arab dan menyerahkannya pada seorang berkebangsaan Turki. Mereka juga mengangkat orang2 berkebangsaan Turki sebagai Gubernur di wilayah2 Arab, dipilih dari orang2 yang tidak bisa berbahasa Arab.
Kemudian mereka menghilangkan bahasa Arab yang sepanjang sejarah Negara Islam selalu menjadi bahasa resmi negara, dan menggantinya dengan Bahasa Turki, sampai2 mereka mulai mengajarkan tata bahasa Arab dengan pengucapan bahasa Turki.
Komite meneruskan kebijakan rasis tersebut dan ketika mereka memperoleh kekuasaan, mereka mulai mengubah program2 komite menjadi khusus bagi kepentingan bangsa Turki. Perubahan ini memicu pengunduran diri semua anggota berkebangsaan Arab, Albania, Armenia, dan lainnya.
Sementara itu di luar Negara Islam, negara2 Eropa membantu upaya agen2 mereka yang tengah melakukan keguncangan etnis, dengan melakukan tekanan2 agar Daulah Utsmaniyyah melakukan reformasi modern dalam pemerintahannya. Sekalipun mereka belum dapat memaksakan sistem demokrasi kepada Negara Islam, namun mereka berhasil memasukkan beberapa perundang2an Barat sejak tahun 1856. Mereka terus menerus berupaya, hingga Partai Turki Muda memberontak terhdap Sultan pada tahun 1908. Mereka mendeklarasikan konstitusi pada tanggal 21 Juli 1908 di Salonika, dan pada bulan yang sama mereka menuju Istanbul, mendudukinya, dan memaksa Sultan menyetujui konstitusi.
Dengan semua langkah ini, maka tinggal satu langkah lagi yang ada dalam benak negara2 kafir Barat, yakni menghancurkan Khilafah dan menghapusnya selama2nya. Maka tidak lama setelah Perang Dunia Pertama pecah dan Daulah Utsmani berpihak kepada Jerman, negara2 kafirpun mendapatkan kesempatan untuk menghancurkan Khilafah.
Kali ini boneka yang dimainkan Inggris adalah Musthafa Kemal. Ia adalah seorang prajurit yang begitu memuja Barat dan menentang pemikiran2 Islam. Ia juga diketahui condong kepada Inggris dan membenci Jerman. Dengan posisinya yang semakin meningkat dalam kemiliteran, ia pun mulai melakukan pengkhianatan2 kepada negara. Dalam kancah perang dimana ia seharusnya menjaga wilayah2 Daulah Utsmani, ia malah membiarkannya dikuasai Inggris, semisal Baghdad dan Suriah.
Akhirnya Perang Dunia Pertama usai dengan Jerman dan Daulah Khilafah sebagai pihak yang kalah, dan Sekutu sebagai pihak yang menang. Inggris sebagai pemimpin Sekutu pun mendapatkan peran pemenang yang besar. Dengan bekal racun nasionalisme dan chauvinistik patriotik yang sebelumnya telah ditanamkan pada kaum muslimin, Inggris pun dengan mudah membagi wilayah Daulah Khilafah menjadi wilayah2 kecil.
Langkah selanjutnya, Inggris memfokuskan perhatian ke pusat kekhilafahan. Ia melakukan sejumlah manuver politik guna mengendalikan negara Khilafah untuk kemudian menggulingkan pemerintah dan menghancurkan Khilafah. Berbagai upaya untuk menjerumuskan Khilafah dalam krisis politik dilakukan. Peperangan buatan untuk mengadu domba rakyat Turki dan tentara Yunani pun diciptakan guna menjatuhkan kepercayaan rakyat kepada Khalifah dan guna semakin mencuatkan nama Musthafa Kemal.
Ketika kredibilitas Khalifah semakin pudar, Musthafa Kemal pun membuat pemerintahan bayangan di Ankara. Disusul dengan mencabut kekuasaan Khalifah, hingga status Khalifah akhirnya hanya tinggal status kosong tanpa kewenangan.
Episode inipun berakhir dengan pengumuman dihapuskannya sistem Khilafah pada tanggal 3 Maret 1924 oleh Musthafa Kemal, dan diproklamirkannya Republik Sekuler Turki. Kaum muslimin di berbagai belahan negeri berduka. Berbagai gerakan Islam didirikan guna menegakkan kembali Negara Islam, yang hingga kini belum juga berhasil.
Kaum muslimin terkotak2 menjadi lebih dari 50 negara. Mereka semuanya menerapkan sistem pemerintahan kufur, mengadopsi Barat sang penjajah. Berbagai tragedi bermunculan. Pembantaian di mana2, nyawa tidak lagi berharga. Kekayaan alam mereka dihisap sang srigala yang telah berhasil menghancurkan Khilafah sang penjaga umat.
Negeri2 Islam yang sebenarnya kaya raya dijerat dengan lilitan hutang yang membuat umat begitu menderita. Termasuk Indonesia. Dengan alasan murahan berupa harga minyak mentah di pasar internasional semakin mahal, pemerintah menaikkan harga BBM. Bull shit.
Jadi, dimanapun Anda berjuang, janganlah lupa bahwa semua kesengsaraan rakyat sebenarnya bermula pada satu hal, yakni hancurnya Negara Khilafah Islam 81 tahun yang lalu. Perjuangkanlah! Jangan sampai Anda seperti orang bodoh yang terjebak dalam trik kuno pengalihan perhatian.

Rujukan:
Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah, AQ. Zallum, Juni 2001.
Akar Nasionalisme di Dunia Islam, Shabir Ahmed & Abid Karim, Desember 1997.

Minggu, 24 Juli 2011

HOW HIGH




Konon dalam perseteruan melawan Vietkong, Amerika memerlukan berton-ton suplai mariyuana atau ganja untuk menetralisir depresi tentaranya yang selalu dihadapkan kejadian tragis saat melakukan perang gerilya di hutan. Tidak seperti tentara Amerika, tidak pula seperti Bodhi --seorang tokoh dalam novel Dee Supernova yang memanfaatkan mariyuana sebagai alat untuk membiayai avontourirnya--, Jamal dan Silas, tokoh dalam film How High lebih dari itu. Mereka menggunakan ganja sebagai "ritual" yang menjadi triger (pemicu) kemunculan ilham-ilham seputar jawaban pertanyaan final exam (ujian akhir) di senior high school-nya.
Bermula dari kesukaan menghisap ganja, Jamal dan Silas bertemu dalam sebuah mobil yang kacanya ditutup rapat. Mereka menghisap ganja hingga mobil yang mereka tumpangi terlihat seperti terbakar, lalu muncullah hantu Ivory.
Ivory adalah juga orang kulit hitam seperti halnya Jamal dan Silas. Ia teman baik Silas, sama-sama pecandu ganja dan pecandu wanita. Dikisahkan bagaimana Ivory mati sesaat setelah bertemu dengan teman baru yang menolak kencan dengan alasan rambut Ivory jelek dan di dahinya terdapat tanda --yang meski dikatakan Ivory sebagai tanda Budha tetapi teman kencannya mengatakan tanda itu sebagai tanda Budha buang air--. Maka, Ivory-pun kecewa berat. Untuk menghilangkan kekecewaan, dia menghisap ganja yang diberi Silas padanya.
Ivory tertidur sambil menonton televisi, sementara ganja yang ada di tangannya masih menyala. Kecerobohan membawa petaka. Lintingan ganja jatuh dari tangan, membakar baju dan seluruh tubuhnya. Ivory terbangun dalam kobaran api. Ia kalut, lalu terjun dari apartemennya hingga menghantam aspal. Beberapa menit kemudian Ivory siuman. Betapa terkejutnya ketika menyadari bahwa peristiwa yang dialaminya tidak membuat Ivory mati. Ia berteriak "saya masih hidup!". Sialnya, sebuah mobil datang menghantam dan menggilas Ivory sampai mati.
Untuk mengenang Ivory --dalam kesedihannya--, Silas mengkremasi tubuh Ivory hingga menjadi abu. Kemudian abu itu ia campurkan dengan tanah --medium tempat tanaman ganja kesayangannya tumbuh. Dua bulan kemudian tanaman ganja Ivory menjadi rindang.
Setelah bertemu dengan Jamal di dalam mobil, Silas menyadari bahwa hantu Ivory akan muncul seandainya mereka menghisap ganja. Kemunculan Ivory membawa keberuntungan. Dalam mabuknya mereka menjadi pintar, mengetahui jawaban ujian tanpa perlu berfikir keras seperti halnya orang lain.
Pengumuman penerimaan tiba, Jamal dan Silas menduduki peringkat pertama dan kedua di seluruh Amerika. Maka prestasi tersebut menjadikan mereka sebagai orang yang paling diharapkan di seluruh universitas di Amerika. Jamal dan Silas bebas memilih masuk universitas manapun. Bahkan, satu persatu public relation setiap universitas, datang ke rumah menawarkan institusinya disertai dengan embel-embel yang sekiranya akan membuat mereka memilih universitas yang ditawarkan. Maka, Jamal dan Silas pun menjatuhkan pilihannya pada universitas Harvard.
Awal kemunculan mereka --di salah satu perguruan tinggi paling terkenal di Amerika-- menimbulkan bencana bukan saja bagi teman-teman sekamarnya, tetapi juga bagi universitas. Awal masuk ke ruang perkuliahan, mereka sudah membuat seorang mahasiswa dikeluarkan akibat keisengan Jamal dan Silas memaki-maki dosen --yang disangkanya di ucapkan oleh mahasiswa yang dikeluarkan tersebut.
Onar mereka buat mulai dari menghisap ganja hingga asrama berasap, meracuni temannya menonton film porno, menghancurkan patung, mencampurkan ganja ke dalam brownies sampai mengundang pelacur di pesta penerimaan siswa baru. Meski bandel tak tertolong, Jamal dan Silas selalu lulus ujian dengan nilai terbaik: A. Dalam hal ini Ivory-lah yang memegang peranan. Dia selalu muncul saat Jamal dan Silas mengikuti ujian (tentunya setelah mereka mabuk ganja).
Satu saat --ketika pesta dilangsungkan di asrama-- seorang mahasiswa yang ditugaskan mengawasi gerak-gerik kedua orang mahasiswa bandel itu datang sembunyi-sembunyi ke pesta. Ia masuk ke dalam kamar Jamal dan Silas, lantas menemukan pot ganja Ivory yang rindang. Ia terkejut. Sebelum melaporkannya ke pihak universitas, "ruh" Ivory yang berubah menjadi asap masuk ke dalam hidungnya kemudian merasuki agar mahasiswa --yang pernah dijahili Silas-- membawa tanaman ganja Ivory. Ia membawa tanaman ganja ke dalam kamarnya, mencobanya hingga tanaman ganja Ivory menjadi gundul.
Hilangnya tanaman ganja Ivory menjadi bencana bagi Jamal dan Silas. Mereka putus asa. Tetapi meski kehilangan Ivory, semangat mereka segera datang kembali. Jamal dan Silas menggiatkan belajar sambil menghisap ganja (bukan ganja Ivory) dan nilai ujian yang mereka dapatkan: F. Jamal dan Silas ketakutan, nilai F bukan saja akan menghancurkan --tetapi menjadi penentuan apakah mereka akan dikeluarkan atau tidak-- seandainya dalam ujian ke depan Jamal dan Silas mendapatkan nilai yang buruk lagi. Puncak kekhawatiran dan kekonyolan itu terlihat ketika Jamal dan Silas menggali kuburan presiden Amerika Benjamín Franklin demi mendapatkan efek yang sama dengan ganja Ivory –(efek yang membuat mereka berada di Harvard). Jasad presiden Amerika itu mereka angkut ke asrama, tangannya mereka potong dan dimasukan ke dalam mixer (sebelum dimasukan kedalam racikan ganja). Tentu saja apa yang mereka lakukan tak berhasil. Tetapi akhirnya, mereka dapat mempertahankan kuliah di Harvard setelah sungguh-sungguh belajar dan memperbaiki nilai botani mereka.
Akhir film How High menjadi tak bermakna, sebab sin ending story-nya menceritakan, bagaimana mereka berhasil membuat racikan seks untuk profesor botani dan bong raksasa (alat menghisap ganja) hingga membuat seluruh orang di perayaan kedatangan wakil presiden, mabuk!. Namun, disamping buruknya dampak mabuk-mabukan, serta seks bebas bagi manusia—, ada makna yang dapat kita ambil dan pelajari dari film ini bahwa : tidak ada jalan pintas untuk meraih kesuksesan.
Saya teringat akan beberapa hal ketika anak-anak muda seusia kita di masanya orangtua kita dulu membakar buku ujian, menjadikannya sebagai abu kemudian mencampurkannya ke dalam air kopi untuk diminum dengan harapan mereka akan mendapat nilai ujian yang baik, atau bahkan datang ke paranormal yang mampu mengisi tinta pulpen dengan jin yang tak akan salah memilih pilihan ganda, hingga membuat kertas contekan, memasukannya ke dalam kerah, atau menyempilkannya ke dalam lipatan rok serta kaus kaki.
Sebenarnya, di dunia ini tidak ada jalan pintas. Segala sesutu harus melewati tahapan, ada kaídah kausalitas atau kaídah sebab akibat yang harus dijalani dan dipelajari demi menggapai kesuksesan. Jika kita ingin lulus ujian, jawabannya simple saja, belajarlah dengan tekun!. Kita pasti bisa!, sebab tak ada manusia yang bodoh di dunia ini. Manusia hanya malas menggali potensi dirinya (tentu kasusnya berbeda dengan orang lemah mental atau orang yang gila sejak lahir).
Setiap manusia diberikan potensi untuk menjadi pintar. Sebuah buku menginformasikan, bahwa potensi akal manusia sedemikian dahsyatnya hingga dikatakan, Einstein yang demikian cerdas baru memanfaatkan 15% kapastitas otaknya, dan pada umumnya manusia baru menggunakan hanya 5% otaknya saja. Sayang sekali, jika kita tak mampu memaksimalkan potensi akal kita, apalagi jika malah mempergunakan yang 5% itu untuk hal-hal yang buruk. Bukannya memanfaatkan masa muda untuk berkarya, malah minum-minuman keras, mencandu heroin, putau dan menghisap ganja. Ah!, anak muda tidak seperti itu. Bangkit! Ayo bangkit!! manusia membutuhkan seorang muslim seperti kita untuk dijadikan sebagai pemimpin dunia!!!

BUKU ADALAH PETA


Saat Anda menjual --atau meminjamkan-- buku kepada seseorang,
Anda tidak menjual –atau meminjamkan—kepadanya 12 ons kertas, tinta, dan lem
-- Anda menawarkan suatu kehidupan yang sama sekali baru.
(Christopher Morley)


Haik! Novelnya tebal! hingga bisa dicungkil sedalam mungkin agar --teroris seperti saya--, dapat menempatkan pistol yang akan digunakan untuk menembak kepala George W Bush yang batu! Memungkinkan pula –novelnya-- digunakan untuk melempar orang fasis atau anjing pitbull sampai mati. Musashi!, sebuah magnum opus karya Eiji Yoshikawa yang mendapatkan tempat di hati pecinta buku beberapa dekade silam. Sebuah “kitab suci” psikologi yang memberikan pencerahan kepada tokoh-tokoh spiritual seperti Gede Prama dan Sindunatha.
Dahulu novel Musashi terdiri dari jiid-jilid kecil tetapi --ketika saya mengaksesnya di tahun 2002--, ketebalan novel itu sungguh menakutkan bagi siapapun yang sedikit anti membaca. Bagi saya, menamatkan novel Musashi merupakan suatu pencapaian ambisius prestisius. Membaca Musashi seperti halnya memasuki pusaran waktu. Seperti masuk ke dalam sebuah noktah hitam di penghujung umur alam semesta.
Maka, setelah menyengajakan diri terserap kedalamnya, saya keluar menuju kehidupan nyata. Tiba-tiba! –dalam beberapa hari, kehidupan ini menjadi begitu menakjubkan. Saya merasakan betapa kuatnya pengaruh novel yang saya selesaikan selama 7 hari itu. Ketika berjalan-jalan menuju sebuah air terjun tertinggi di Bogor, saya menghayalkan keindahan alam berupa makro kosmos (alam semesta) dan keindahan mikro kosmos (petani yang bercocok tanam, rumah-rumah beratap rumbia dan tegalan yang masih basah oleh hujan) seolah-olah memiliki ruang waktu yang sama ketika Tokugawa berkuasa. Padahal ini indonesia! Padahal ini abad sekarang.
Mungkin kalian merasakan bahwa pernyataan saya terlalu diluap-luapkan. Tetapi, saya tidak melakukan bombastisme. Tanyakanlah pada orang yang pernah membaca Musashi, bagaimana tanggapan mereka, bagaimana perasaan mereka, bagaimana buku itu mendidik mereka? Tanyakanlah! dan kalian akan mendapatkan jawaban yang sama meski secara tekstual berbeda. Percayalah, bahwa saya tidak ikut multi level marketing (MLM) penerbitan yang menerbitkan Musashi. Saya hanya ingin berbagi rasa dengan kalian. Aha!
Di remang senja yang memukau, seorang pemuda masuk di kehidupan saya. Dalam pertemuan itu, kami bercerita cas-cis-cus tentang segala hal --termasuk tentang dirinya dan tentang kecintaan saya terhadap dunia buku. Dan manakala dalam perbincangan itu ia berkata “Ini realita man! bukan dunia khayal! Untuk apa membaca buku? toh kita bisa mendapatkannya di kehidupan nyata!” maka terkutuklah ia!
Ting! Hening. Sunyi. Suara gelegar petir dahului cahaya --karena seumur hidup, supersonik tidak akan pernah dikalahkan oleh cahaya. Dan merahnya cahaya muka, mendahului luap kemarahan yang akan saya ungkapkan lewat suara --setelah ia menyepelekan saya.
Kalian tak perlu mengetahui bagaimana saya marah bilamana berhadapan dengan orang yang sombong itu (sebab marah saya menakutkan!). Saya hanya akan menjelaskan bagaimana fungsi sebuah buku dalam kehidupan, agar kita tidak menyepelekan buah pemikiran orang lain --seperti halnya yang dilakukan teman saya itu.
Sewaktu cilik, manakala hidung masih meler-meler ingusan (saya tidak!)— ibu kalian pasti pernah bercerita tentang sosok buaya. Begitu halnya dengan orangtua zaman dulu saat memberikan pengajaran mengenai unsur alam kepada anaknya --menggunakan bahasa. Salah satunya, mereka berusaha membahasakan bentuk buaya (yang si Rob suka!). Bahwa buaya bentuknya memanjang, mulutnya lebar, giginya lebih tajam dari kapak batu yang dipakai menguliti armadilo; bahwa buaya berbuntut dan bersisik tebal. Mereka berusaha merekonstruksi bagaimana sifat-sifat buaya yang jahat, yang suka berguling-guling, yang suka menyelam dan diam di sungai seperti patung.
Apa yang terjadi ketika “anak purba” bertemu sosok mahluk yang pernah di ceritakan orangtuanya? Meski baru pertama kali bertemu, --seandainya ingat akan nasihat orangtua--, tentu “anak purba” itu akan lari pontang-panting mencari tempat perlindungan yang aman. Dan selamatlah satu orang anak manusia dari struggle of the fittes (perjuangan mempertahankan hidup) melawan buaya.
Sun Tsu. Seorang ahli filsafat perang masyhur! Ia dilahirkan di negeri Cina yang memiliki kondisi geografis beragam. Dalam zaman peperangan yang berlangsung di negerinya, Sun Tsu membuat sebuah petunjuk praktis ketika melakukan peperangan di gurun, padang savana, tundra, dataran bersalju, gunung kapur, sungai dan danau. Ia memetakan kondisi geografis, memaparkan kelemahan dan kelebihan dataran tersebut. Pengamatan dan pencatatannya terhadap kondisi serta potensi alam --untuk memenangkan perang--, mengangkatnya menjadi seorang mahaguru filsafat perang sepanjang masa.
Filsafat perang Sun Tsu menjadi penting ketika seorang panglima sebuah pasukan tempur mengalami kehilangan arah saat berada di sebuah belantara pegunungan yang belum dikenalnya. Dalam situasi seperti ini --musuh yang telah lebih dahulu menguasai daerah tersebut--, akan mudah memukul mundur pasukan tempur sang panglima. Tetapi kejadiannya akan berbeda manakala sang panglima terlebih dulu mempelajari peta belantara pegunungan serta bagaimana cara menghadapi pasukan musuh seperti yang diajarkan Sun Tzu. Peta! Ini kuncinya.
Selaku mahluk, manusia memiliki keterbatasan indera. Ia tidak bisa menjangkau seluruh fenomena dalam satu jangka waktu yang sama. Manusia membutuhkan deskripsi fenomena melalui bahasa yang disampaikan manusia lain --yang pernah mengalaminya. Hal itu dilakukan agar --nantinya-- ketika manusia menemukan kecocokan sebuah fenomena yang baru ditemuinya --dengan apa yang pernah disampaikan manusia lainnya melalui bahasa-- maka ia akan mudah menentukan sikap.
Begitu halnya dengan buku. Buku adalah petunjuk oral yang dipenjarakan dalam setumpuk kertas. Buku adalah pemetaan sebuah fenomena. Bahasa yang ada di dalam buku, merangkaikan kata menjadi gugusan kalimat, yang pada klimaksnya memuncakkan sebuah makna mengenai kehidupan. Makna (baca : hikmah) yang inheren didalamnya, merupakan peta penjabaran realita yang sudah --ataupun akan-- kita hadapi di kehidupan sehari-hari.
Dalam novel Musashi saya mendapatkan pemetaan kondisi manusia yang dituliskan Eiji Yoshikawa mengenai: jika manusia memiliki keselarasan antara hati dan fikirannya maka ia akan menjadi individu yang berkarakter. Individu yang merdeka! Waktu dulu saya berusaha merenungi makna yang terkandung di dalam novel Musashi itu. Saya memikirkan itu selama setahun. Waktu bergulir. Saya dihantam berbagai macam sinisme dalam bentuk ucapan. Karakter saya dibunuh hanya karena saya --yang katanya aktivis-- tak menggunakan kemeja dan celana bahan. Kata mereka, “Dandanan lu kayak anak metal, mirip anak underground, serupa dengan dandanan anak buahnya Che Guevara. Munafik loe!”. Di hantam dari kanan kiri, depan belakang, atas bawah, mengakibatkan saya goyah dan tertarik untuk memakai kemeja, juga celana bahan selama beberapa saat.
Perenungan mulai berjalan. Saya kembali mengingat pemetaan kondisi manusia yang terkandung dalam novel Musashi mengenai: jika manusia memiliki keselarasan antara hati dan fikirannya maka ia akan menjadi individu yang berkarakter. Individu yang merdeka! Karena makna yang terkandung dalam novel itulah saya mulai mempertanyakan: apakah saya sudah merdeka jika saya masih bisa dipengaruhi oleh anggapan orang lain --mengenai cara berpakaian saya, yang sebenarnya tidak keluar dari konteks hukum syara (menutup aurat)?
Ternyata saya belum merdeka! Ternyata antara hati --berupa keinginan untuk berpakaian apa adanya--, dengan pemikiran --bahwa pakaian yang dipakai, bisa model apa saja, asal menutup aurat-- tidak terjadi keselarasan. Saya akhirnya menjadi budak anggapan orang. Mau tidak mau, sejak saat itu saya mulai belajar memerdekakan diri! Dengan satu keyakinan, bahwa sejahat apapun anggapan orang, toh! anggapan itu tak akan membuat saya mati terjongkang-jongkang.
Bagaimana jadinya jika saya tak pernah membaca Musashi? Jika saya tak sempat mengkaji pemetaan kondisi manusia? Saya beranggapan bahwa belum tentu, saya dapat keluar dari prasangka, yang akhirnya menghantarkan saya menuju krisis pesonality . Jika saya tak pernah mengkaji pemetaan itu, mungkin perkembangan kemerdekaan diri saya menjadi terlambat. Lantas apakah dengan membaca Musashi, saya sudah merdeka sepenuhnya? Kamu fikir ya!?
Dalam membebaskan diri dari anggapan orang lain --mengenai cara berpakaian-- maka saya telah merdeka. Tetapi di sisi lain ternyata tidak! Kalau kamu cermati --dalam kasus-- ketika saya menyesalkan sikap teman dalam menyepelekan keberartian sebuah buku maka --seandainya jeli--, kalian akan merasakan percampuran antara egosentrisme dan harga diri di sana.
Ketika teman saya menyepelekan buku, secara tidak langsung --saya merasa-- disepelekan. Dalam kasus itu, saya berfikir bahwa saya belum merdeka dari omongan. Saya merasa terganggu! Saya merasa direndahkan! Saya merasa ego dan harga diri saya diusik! Dan saat ini saya merasakan, betapa lemahnya emosi saya waktu itu. Tetapi itulah proses kehidupan. Itulah proses kesadaran mengenai ketidak-berartian dan kelemahan manusia, di tengah konstelasi unsur alam semesta. Karena kehidupan adalah proses pembelajaran mencapai kesempurnaan. Karena kehidupan adalah proses perjalanan menuju sumber keagungan dan kebijaksanaan.

Selasa, 12 Juli 2011

Perusak BUMI

Kupikir ga masuk akal klo kita bisa enjoy duduk di kursi yang udah rusak, juga ga masuk akal klo kita bisa nyantai duduk di atas panggangan yang di bawahnya bunga api menjilat kesana-kemari. Bener-bener ga masuk akal. Tapi se-ngga masuk akalnya hal-hal itu, toh sebagian besar manusia di muka bumi ini ngelakuin hal tersebut!?

Bayangin nih (kita langsung ngomong serius ya), klo angka deforestasi atau pelenyapan hutan lindung tetap aja berkisar antara 1,6 sampe 2 juta hektar tiap tahun, maka hutan lindung Indonesia yang sekarang cuma bersisa 20 juta hektaran bakal HABIS ga besisa! cuma dalam waktu 10 tahunan lagi. Bayangin, 10 tahun lagi hutan kita cuma tinggal kenangan. Dan lihat, apa yang kita semua lakuin, kita masih berkutat dengan gebetan baru, fashion model mutakhir --mungkin fashion model plastik es yang dililit-lilitkan di badan or rok mini yang cuma sejengkal dari pinggul--, atau kita malah mikirin gimana cara asyik tidur siang.

Gini, ada juga fakta tentang beberapa (jumlahnya cuma puluhan lho…!) perusahaan tambang yang merampok sumber daya alam kita di siang bolong, mengangkutnya ke negeri asal mereka, membuat mereka kaya-raya sampe perut mereka buncit dan cuma menyisakan penderitan bagi penduduk serta kerusakan yang amat besar bagi bumi kita tercinta.

Penderitaan bumi dan manusia yang ga bakal bisa terobati meski berpuluh tahun lagi. Lalu apa yang kita lakukan di saat yang sama?! Mungkin cuma ribut-ribut wakil rakyat di mimbar diskusi hanya untuk mastiin angka besar buat dana kesejahteraan mereka, atau malah mikirin proyek mana yang dananya bisa dikorupsi, atau lagi bikin contekan buat final test. Asik banget bukan? Kita seperti berjalan sambil cengar-cengir di jalanan yang didepannya ada jurang menganga dan kita ga sadar atau malah pura-pura ga sadar supaya ga diliputi rasa cemas.

Artikel ini cuma sekadar mengingatkan, bukan bermaksud menggurui karena kealpaan bisa menyerang siapa aja, ga terkecuali aku gitu loh.

Gini, kenal sama Rio Tinto? Rio de Janeiro kali, itu mah gue tau. Iya, Riologi juga gue tau, pelajaran waktu SMU dulu jurusan IPA. Yap, sip, ke belakang sana cuci muka. 

Rio Tinto man, Rio Tinto! Setahuku neeh, Rio Tinto adalah korporasi kapitalis internasional yang sangat besar yang spesialisasinya mengeruk sumber daya alam di muka bumi. Aku ga tau kapan korporasi ini berdiri, namun untuk Indonesia sendiri, Rio Tinto sudah menancapkan kuku tajamnya mengerik bahan galian tembaga, emas, nikel kita sejak tahun 1967, sejak rezim Soeharto mengizinkan Penanaman Modal Asing (PMA). Rio Tinto beraksi melalui PT. Freeport Indonesia yang udah lebih dari 40 tahun membuat kesengsaraan buat suku Amungme dan 7 suku lainnya di sekitar pertambangan Freeport di Papua. Di berbagai belahan dunia, Rio Tinto juga menari-nari di atas kerusakan alam yang luar biasa akibat aktivitas penambangan mereka tanpa peduli nasib masyarakat yang tinggal di sekitar tambang penggalian mereka2.

Trus, tau sama Suez Compagnie de Eaus, dari namanya pasti yakin ini perusahaan dari Prancis. Korporasi ini ternyata adalah salah satu perusahaan rakus yang mencoba memprivatisasi sumber-sumber air tawar sedunia, nah lo. Bayangin, air minum sedunia mau diambil satu pihak aja, waduh, memohon-mohon dong orang sebumi sama tu perusahaan klo lagi kehausan, padahal minum kan basic need manusia banget

Lalu, tau ama Nestle, Microsoft, Shell or Mcdonalds?! Course we do! Mereka semua adalah korporasi-korporasi paling berkuasa di dunia. Kapitalis sejati yang melalui berbagai cara telah berhasil mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah di hampir seluruh negera di dunia bahkan PBB sekalipun untuk mendukung berbagai langkah mereka untuk menjustifikasi aktifitas kapitalis mereka yang jelas-jelas mengancam kelangsungan kehidupan di bumi dan makin menyengsarakan kaum pekerja dan masyarakat adat yang ada di sekitar tempat usaha mereka. Justifikasi-justifikasi tersebut dilakukan melalui berbagai program-program yang kata mereka untuk ‘mereformasi’ industri sumber daya alam dengan dukungan pemerintah, padahal hasilnya masih di sangsikan berbagai pihak.

Selanjutnya, kita bakal ngomongin sandiwara besar yang terjadi di belakang layar. Sandiwara skala global antara korporasi-korporasi tersebut (Rio Tinto, dkk dengan pemerintah, Ornop internasional bahkan PBB) dalam memunculkan berbagai inisiatif berupa program-program rekonstruksi daerah tambang, pemulihan kondisi masyarakat sekitar daerah industri dan juga berbagai program Community Depelopment untuk masyarakat adat, So, simak sandiwaranya berikut ini.

Eng ing eng…….

Ada banyak organisasi Nonpemerintah (ORNOP) atau nama bekennya LSM, nama dugemnya NGOs (Non Government Organizations) di muka bumi ini yang tujuan pendiriannya tentunya sangat idealis, menjadi semacam wadah mengkritisi sekaligus menindaklanjuti hal-hal yang menyimpang dan mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup, pokoknya apa yang diperjuangkan ornop-ornop ini adalah hal-hal yang punya kadar moralitas tinggi, humanis, konstruktif dan sederet konsep positif lainnya.

Tapi ternyata idealitas yang mereka usung pada praktiknya terjadi penyimpangan-penyimpangan dan penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan justru berhubungan dengan pengkhianatan pada apa dan siapa yang mereka bela dan perjuangkan.

WWF (Word Wide Fund), misalnya, organisasi konservasi dengan anggota terbanyak di dunia ini oleh masyarakat internasional dikenal sebagai ornop yang concern dengan masalah lingkungan hidup. Namun, fakta di belakang layar adalah WWF memberi perhatian penuh terhadap dampak pertambangan sambil ternyata mengasosiasikan dirinya sendiri dengan industri pertambangan tersebut dalam usahanya itu.

WWF diam-diam menerima uang dari Rio Tinto untuk proyek di Madagaskar. WWF Amrik juga dikecam habis-habisan karena nerima 1 juta pertahun dari Chevro/Texaco “salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia- untuk bikin proyek kehutanan berkelanjutan di Papua New Guinea, ternyata proyek tersebut melibatkan aktivitas penebangan dan pengapalan pohon-pohon Mangrove “suatu hal yang dilarang negara tersebut. 

Si WWF juga beraliansi sama Shell, padahal tu perusahaan minyak dituduh seluruh dunia atas keterlibatannya dalam penghancuran tanah Ogoni oleh rezim militer Nigeria dan pembunuhan sembilan pemimpin Ogoni3.

Ada juga cerita tentang ornop terkenal lain berjudul CARE International, kawan-kawan pemerhati masalah lingkungan pasti kenal sama Ornop yang satu ini. Ok, ni Ornop diluncurkan tahun 2002 oleh Korporasi-Korporasi multinasional kaya’ BP en Shell. CARE ini punya berbagai kelompok, terkadang disebut sebagai Federasi. Beberapa kelompok CARE yang terbesar berpandangan bahwa mereka bisa bertindak sebagai pemerintahan bayangan di wilayah-wilayah tempat mereka beroperasi, secara halus “atau ga- membengkokkan beberapa peraturan dalam prosesnya.

CARE kaya’nya jadi organisasi pembangunan pertama yang secara langsung bersekutu ama perusahaan tambang. Perusahaan itu adalah Sierra Rutile Ltd (SRL). Di Sierra Leone. Tambang SRL terpaksa ditutup taon 1994 karena terjadi konflik sipil berdarah, sebelumnya CARE Amrik udah gabung ama SRL dalam menyusun dua program rehabilitasi yaitu ECDP (Environment and Community depelopment Project: Proyek pengembangan masyarakat danlingkungan hidup) en SAVE (Suistanable Agriculture and Village Extention Project: Proyek pertanian dan perluasan desa berkelanjutan) yang kedua proyek dikritik habis-habisan4.

CARE Australia tahun 1992 telah menolong Amrik dalam merencanakan operasi militernya yang kemudian jadi bencana di Somalia dengan cara jadi tuan rumah buat 4 tentara Amrik yang terjun dengan parasut ke kota Bajdoa yang udah terkepung.

Keterlibatan CARE di militer juga teridentifikasi taun 2001, CARE Kanada melakukan program OSCE (the Organization for Security and Cooperation In Europe). Organisasi ini berhubungn sama NATO dalam rekrutmen mantan anggota militer dan polisi yang sebagian tugasnya adalah untuk mengidentifikasikan pergerakan pasukan, posisi tank, ladang ranjau dsb.

Taun 1999, anggota masyarakat adat Subanen di Philipina Selatan menuntut agar pemerintah Belanda menarik lebih dari 8 juta dolar Amrik dari program AWASOME yang didanai CARE yang menurut mereka telah melanggar prinsip dari Phillipines Indigenous people Rights Act “UU masyarakat Adat Phillipina taun 1997.

Trus ada juga Ornop Human Rights Watch. Fokus Ornop ini pada msalah HAM. Program ini melibatkan beberapa penyelidikan lapangan termasuk di Grasberg, Papua Barat yang dioperasikan Freeport dalam kurung Rio Tinto “lagi! Mereka sama-sama Amnesti Internasional bikin panduan prinsip-prinsip HAM untuk Freeport-Rio Tinto taun 1999. Kegagalan HRW adalah mereka ga memasukkan hak-hak masyarakat asli yang wilayahnya dieksploitasi oleh perusahaan-perusahaan tambang tersebut sejak taun 1970. Setaun setelah dibuatnya perjanjian tersebut, pelanggaran HAM di Papua Barat justru meningkat5.

Lalu, pelajaran apa yang bisa kita tangkap dari konspirasi antara korporasi kapital rakus, ornop dan pemerintah-pemerintah di berbagai belahan dunia itu? Banyak ya, buatku sendiri yang terpenting adalah kenyataan bahwa para pemilik modal, mbah-mbah kapitalis terkaya di dunia kaya: Rio Tinto --boseen banget ngetiknya--, Shell, BP, Nestle, McDonalds, Newmont, BHP, Microsoft, Unilever dll, yang diantara nama-nama itu ada yang kalian kenal atau tidak tapi emang adalah tempat penumpukan modal --uang tentunya- terbesar di dunia. Klo kita bikin timbangan, uang yang mereka punya mungkin jauh lebih banyak ketimbang seluruh uang di dunia ini. Dengan kekuasaan seperti itu mereka mampu dengan mudah melumpuhkan idealisme para aktivis dan mampu dengan mudah pula bikin inisiatif-inisiatif atau program-program yang kedengarannya dibuat untuk konservasi en perbaikan lingkungan dan masyarakat yang wilayahnya mereka kuasai padahal kenyataannya ga banget. 

Sekali lagi bukti bahwa kapitalisme itu ga nyumbang apapun buat kemanusiaan dan lingkungan hidup, malah ujung-ujungnya mengancam kehidupan kita.

Dan generasi muda muslim, WAKE UP oiiii. Apa ga gosong tu pantat, duduk di atas panggangan, apa ga lecet tuh duduk di kursi rusak. Kenyataan yang dipaparkan di atas juga bisa melahirkan kenyataan berikutnya yang lebih mengerikan dan mungkin udah terjadi meski ga terdeteksi. Bahwa kapitalis itu juga punya rencana besar buat menghancurkan Islam dengan tumpukan modal mereka dengan motivasi-motivasi yang jauh lebih jahat, bahwa kaum kafir ga akan ridho sama umat muslim sampai kita ikut mereka.